Minggu, 12 Juni 2011

UNSUR INTRINSIK CERPEN

3.1.1 Alur/ Plot
Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya.
Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur.
Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran flash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu mempunyai pula bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian dan akhir.
Walaupun cerita rekaan berbagai macam contoh, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat dalam sebuah cerita rekaan, yang disebut struktur umum alur, yang digambarkan sebagai berikut :
1. paparan (exposition)
Awal 2. rangsangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
4. tikaian (conflict)
Tengah 5. rumitan (complication)
6. klimaks (climax)
7. leraian (falling action)
Akhir 8. selesaian (denouement)
3.1.2 Penokohan/ Perwatakan/ Karakter
Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya.
Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda.
Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Sentral yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita.
Tokoh Utama yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Tokoh Pembantu yaitu tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita.
Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.
Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.
Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis.
Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifat-sifat tokoh itu.
Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik seorang tokoh, melalui pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang.
Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.
Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu :
Cara Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh-tokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.
Cara Dramatik yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku tokoh, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya.
Cara Campuran yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian.
3.1.3 Latar/ Setting
Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan ruang. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain.
Latar cerita mencakup kerengan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi.
Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain berkaitan untuk membangun cerita yang utuh.
Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya.
1. Waktu
2. Tempat
3. Suasana
3.1.4 Gaya bahasa
Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia tidak hanya sebagai alat penyampaian maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaan. Pengarang dalam menyampaikan tujuannya dapat menggunakan cara-cara lain yang tidak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara tersebut misalnya dengan menggunakan perbandingan-perbandingan, menghidupkan benda-benda mati, melukiskan sesuatu keadaan dan menggunakan gaya bahasa yang berlebihan.
Usaha atau tindakan yang dilakukan sastrawan agar pendengar atau pembaca tertarik dan terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan melalui tuturnya dengan pemilihan bahasa, pemakaian ulasan, dan pemanfaatan gaya bertutur Bahasa dalam novel ini menggunakan bahasa tak baku. Bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Sementara gaya bahasa antara lain meliputi :
Personifikasi
Perbandingan Metafora
Alegori
Perumpamaan
Majas Hiperbola
Pertentangan Ironi
Litotes
Metonimia
Pertautan Alusio
Eufimisme
Sinekdok
Parsprototo Totemproparte
3.1.5 Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab problem yang dihadapi pengarang lewat karya sastra. Amanat merupakan pesan atau gagasan yang mendasar yang dituangkan pengarang dalam karyanya untuk memecahkan peristiwa yang terjadi.
Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca atau publiknya. Pesan yang hendak disampaikan mungkin tersurat. Tetapi mungkin juga tidak jelas, samara-samar atau tersirat.
3.1.6 Tema
Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mau mengatakan suatu hal pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakan itu bila suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau karakter terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide dari pengarang.
Adapun tema dari novel ini ialah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan.
3.1.7 Sudut Pandang/ Point Of View
Sudut Pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut Pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat antara pengarang dengan karyanya.
Sudut Pandang/ Point Of View menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pusat pengisahan meliputi : narrator omniscient,narrator observer, narrator observer omniscient, serta narrator the third person omniscient.
Sudut Pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 2 macam : persona pertama, gaya “aku”, dan persona ketiga, gaya “dia”.
Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cerita, atau darimana dia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar