Minggu, 12 Juni 2011

PUISI

PUISI

Puisi yaitu salah satu bentuk/ ragam sastra yang diwujudkan dengan kata-kata/bahasa yang indah dan padat yang mengandung nilai-nilai.
Jika dilihat dari isinya puisi terdiri atas berbagai macam diantaranya yaitu Elegi, Balada dan Ode. Jika dilihat berdasarkan zamannya, puisi dikelompokkan menjadi 3 yaitu puisi lama, puisi baru dan puisi modern.
Puisi lama biasanya masih sangat mementingkan masalah rima, irama dan aturan-aturan yang lain. Yang termasuk puisi lama yaitu syair, pantun, gurindam dan seloka. Puisi baru sudah mulai meninggalkan aturan-aturan dalam puisi lama. Hanya saja
dalam puisi baru masih memperhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya. Karya sastra puisi baru antara lain: distikon, tersina, kuartren dan sebagainya.
Puisi modern sudah jelas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Puisi modern biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya. Misalnya rima, irama dan yang lainnya menjadi aturan dalam puisi lama tidak lagi diperhatikan dalam penyusunan puisi modern. Meskipun dalam puisi modern telah bebas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Tetapi ia tetap berbentuk puisi yang memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain. Karya sastra puisi tetap menggunakan bahasa yang singkat dan padat.

Meja Kayu
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya.
Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun.
Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu.
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan.
Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya.
Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan
semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan
membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun
membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya
menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan
mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek.
Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang
memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang
membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah
dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu,
dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul.
Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka.
Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti,
ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama
di meja makan.Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh,
makanan yang tumpah, atau taplak yang ternoda.
Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.
Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.

Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya.
Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Terima kasih telah membaca
Hope you are well and please do take care.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar