Minggu, 12 Juni 2011

UNSUR EKSTRINSIK CERPEN

Dalam karya sastra, nilai-nilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya. Hasil karya sastra, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya.
Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan membawa kita dan anak-anak didik ke dalam kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-kepribadian besar dunia. Para pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.
Unsur kepribadian dapat dilatih melalui pendidikan dan pengajaran sastra, meliputi :
1. Penginderaan (Sensory)
Dalam pengambangan aspek ini studi sastra dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dari semua unsure penginderaan klasik yaitu pengliatan, pedengaran pengecap, pembau, sentuhan, perabaan, pembeban.
2. Kecerdasan (intellect)
Bentuk pendidikan yang paling bernilai adalah yang telah mengajarkan para siswa untuk memecahkan masalah bagaimana memperoleh kebenaran-kebenaran yang memungkinkan. Untuk dapat menguji derajat atau peringkat keberhasilannya. Adapun sastra mengandung hal-hal yang menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan tersebut.
3. Perasaan (feel)
Sastra memberikan kepada kita sesuatu cakupan situasi dan kegawatan yang luas yang seakan-akan menstimulasi beberapa jenis respondensi emosional dan juga bahwa dalam keseluruhannya penulis sastra lazim menyajikan situasi-situasi itu dalam cara-cara yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi, mengkaji dalam perasaan kita dalam suatu cara kemanusiaan yang layak.
4. Kesadaran Sosial
Sastra berfungsi menghasilkan suatu kesadaran konprehensip terhadap orang lain. Penulis-penulis sastra modern, termasuk penulis sastra Indonesia, telah banyak berbuat untuk merangsang minat dan simpati pada masalah-masalah kegagalan, ketidak beruntungan, ketertindasan, ketidakberhasilan, pengucilan. Rasa hina dan sakit hati, yaitu mereka yang memerlukan protes.
5. Kesadaran Religius
Baik suka maupun tidak suka, apakah kita tahu betul atau tidak, segala pikiran dan perbuatan kita secara rutin didasarkan beberapa asumsi positif dan semua kecerdasan manusia pada abad ini, termasuk manusia Indonesia akan selalu didasarkan pada pragmatisme kehidupan mereka yang lebih daripada diatas landasan rohaniah atau spiritual yang rapuh.
Berdasarkan uraian diatas, nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura”dapat dikaji dan dianalisis.
Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur yang berasal dari luar cerita. Meliputi nilai religi, nilai susila atau nilai estetika serta nilai sosial dan sebagainya.
Karya sastra mengandung nilai-nilai pendidikan yang tergantung pada pengertian yang didapat pembaca lewat karya sastra yang dipahami. Nilai-nilai pendidikan tersebut didapat dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” meliputi :
1. Nilai Religi/ Nilai Agama
Agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Allah, dirinya sebagai hamba Allah, manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya.
Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang menekankan kepada ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi. Pandangan hidup yang demikian jelas memperhatikan bahwa apa yang dicari adalah kebahagiaan jiwa, sebab agama adalah pakaian hati, batin atau jiwa. Kesadaran religius dalam upaya mengembangkan kepribadian melalui pendidikan dan pengajaran.
Nilai religius dalam novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” antara lain :
Salah satu keindahan itu adalah saya semakin menghargai gaungan gema adzan. Ketika masih berada ditanah air, dimana suara adzan sangat mudah di dengar.
Di bulan Ramadhan amalan sunnah dihitung sebagai amalan fardlu diberi ganjaran 700X lipat. Puasa fisabilillah akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun. Puasa Ramadhan akan memberi syafaat di yaumil akhir.
Terbukanya pintu surga Al-Rayyan bagi orang-orang yang berpuasa. Juga menghapus dosa-dosa yang lalu. (Lizsa, 2007: 188)
Kegiatan para tokoh memberi nilai religius dapat terlihat dalam kutipan berikut:
…..Allah membimbingnya untuk datang ke sebuah pengajian keliling di daerahnya….(Lizsa, 2007: 17-18)
Di Nagoya kota tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu keluarga secara bergantian tiap bulannya. (Lizsa, 2007: 192)
2. Nilai Estetika
Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai keindahan akan tampak lebih relatif, jika yang kita perhatikan adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu.
Sastra sebagai cabang seni akan melengkapi sentuhan estetis dengan mengembangkan aspek rasa ini demi sempurnanya aspek keindahan dalam sastra, yang dihubungkan dengan tehnik cerita, gaya bahasa, unsur-unsur yang lain sebagai variasinya. Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pekerti atau akhlak. Nilai susila adalah yang berkenan dengan tata krama atau disebut beradab.
Nilai susila atau estetika dapat terlihat dalam kutipan berikut :
“Saya mendengar itu hanya bisa ikut tersenyum geli. Tapi tidak demikian dengan ibu dari sang anak tersebut. Mimik sang ibu terlihat kaget. Ia langsung mendekati saya dan berkata,” Maaf…maafkan anak saya…maaf ,”ujar sang ibu.
Bagi setiap orang yang melakukan suatu kesalahan hendaknya segera mengucap maaf, itu adalah cara berperilaku yang baik. Terdapat kata membungkukkan badan, bagi orang Indonesia terutama Jawa itu menunjukkan sikap yang sopan dan menghormati orang lain.
3. Nilai Sosial
Keadaan seseorang sebagai individu tidak terlalu penting. Tetapi individu ini secara bersama membantu masyarakat yang selaras akan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi masing-masing individu. Manusia tidak bisa lepas hidup sendiri terpisah dari yang lainnya. Lebih-lebih bila seseorang belum mampu menyelesaikan kebutuhan jasmaninya sendiri walaupun itu yang paling sederhana, seperti seorang anak kecil yang belum mampu mengerjakan sendiri
untuk mencukupi kebutuhannya seperti misalnya mandi, makan, berpakaian, dan sebagainya tanpa bantuan orang lain baik itu ayah, ibu maupun kakaknya.
Dalam novel ini banyak terlihat interaksi sosial yang terjadi. Antara lain : suasana kebersamaan, saling membantu, menghargai, menghormati dan menyayangi satu sama lain dalam mengerjakan sesuatu akan menghasilkan hal positif. Hal inilah yang dinamakan nilai kerukunan atau nilai sosial.
Manusia perlu dihargai, dihormati dan diperlakukan secara layak. Sudah sepantasnya kita menghargai jerih payah dan keinginannya untuk membantu tugas rumah tangga meski tanpa adanya limitasi pekerjaan. (Lizsa, 2007: 74)
4. Nilai Moral
Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik-buruk, benar dan salah berdasarkan adapt kebiasaan dimana individu itu berada.
Pesan-pesan moral yang terdapat pada novel “Menyemai Cinta di Negeri Sakura” ini bisa diambil setelah membaca dan memahami isi ceritanya. Penulis menemukan segi positif dan negatifnya. Kedua hal itu perlu disampaikan, sebab kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani. Demikian segi negatif perlu juga diketahui serta disampaikan kepada pembaca. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Seperti halnya orang belajar. Ia akan berusaha untuk bertindak lebih baik jika tidak tahu hal-hal yang buruk dan tidak pantas dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar